Hampir setahun, kita menjalani masa karantina meskipun seakan timbul tenggelam, tidak lock down sepenuhnya seperti di Wuhan dan tempat lainnya. Namun, kita juga sama-sama merasakan ketegangan akibat Covid-19 ini.
Ketegangan
ini tidak selalu kasatmata. Di satu pihak, ada anggota keluarga yang
terkena penyakit, di lain pihak, kita harus tetap menyelesaikan tugas
tanggung jawab profesional untuk tetap berkinerja, berproduksi sebaik
mungkin di tengah ancaman resesi dunia, sambil tetap mematuhi protokol
kesehatan. Di sinilah kecemasan yang invisible itu ada. Kecemasan ini bisa terus meningkat, apalagi bila uncertainty yang ada di lingkungan kerja ini meluas sampai pada suasana korporasi.
Cara Memulai Bisnis Online dari Nol Terbaru 2021
www.perintisilmu.blogspot.com
Bila ingin move forward ke arah strategi organisasi new normal,
kita perlu memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan mental dalam
konsep pengembangan organisasi. Bila tidak, kita akan dikejutkan dengan
jatuhnya anggota tim yang kelelahan atau sakit. Untuk itu, ada beberapa
hal yang perlu kita pertimbangkan.
Mindfulness. Kondisi yang ada bisa membuat kita merasa overwhelmed dan reaktif terhadap hal-hal yang terjadi pada kita. Konsep mindfulness memperkenalkan
kita kepada kesadaran tentang di mana kita berada dan apa yang sedang
kita lakukan. Setiap anggota tim atau karyawan diajak untuk lebih sadar
akan kebutuhan dasarnya dan dengan hati-hati menyusun mekanisme
pemenuhan kebutuhannya, mencari keseimbangan antara gaya kerja work from home dengan konsekuensi-konsekuensi yang timbul sehubungan dengan kondisi baru ini; baik keluarga, internet, maupun masalah lainnya.
Latihan
fisik, yoga, dan meditasi juga meningkatkan kesadaran, kesabaran,
ketenangan dan kemampuan menyayangi diri sendiri. Hasil akhir dari
kekuatan mindfulness selain kemampuan untuk tetap merasa nyaman
dalam situasi yang tidak nyaman, juga kemampuan untuk fokus kepada
hal-hal yang bisa kita kontrol daripada yang tidak bisa kita kontrol.
Michail Kokkoris, psikolog dari Vrije University Belanda, membuktikan,
orang dengan kontrol diri tinggi lebih mampu mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan baru dalam menghadapi perubahan dunia yang dramatis.
Kesabaran. Supresi
terhadap kehidupan sosial yang dampak konkretnya tidak kasatmata sering
membuat tingkat kesabaran semakin rendah. Keadaan terpisah antar
individu, juga dari kebiasaan aktivitasnya, bisa menimbulkan rasa kangen
yang sering tidak terkendali. Karenanya, perusahaan perlu memikirkan
bagaimana menyediakan pelatihan menjaga kesabaran atau bahkan memasukkan
kesabaran sebagai salah satu kompetensi penting yang dipersyaratkan
dalam bekerja.
Menjadi Reseller Essenzo - Bimbingan Eksklusif oleh ABDi
Menjadi Reseller Essenzo sangat mudah, terjangkau& produk herbal 100% aman& terdaftar BPOM. Konten Produk Menarik & bimbingan digital marketing disediakan Akademi Bisnis Digital ABDi...
Rasa syukur. Oliver Sacks menulis, “I cannot
pretend I am without fear. But my predominant feeling is one of
gratitude. I have loved and been loved; I have been given much and I
have given something in return”. Organisasi yang ingin maju perlu memasukkan nilai bersyukur ini dalam agenda pengembangan karyawannya. Diskusi dan workshop mengupas rasa syukur ini perlu rutin dijalankan agar kesehatan mental tetap terjaga karena kesadaran yang tetap bekerja.
Koneksi. Selama
Covid-19, kita banyak berkompromi dalam cara-cara kita berkoneksi. Kita
perlu bersyukur, kita berada pada era digital. Kita dengan mudah dapat
menjangkau siapa saja dalam jarak ribuan kilometer sekalipun. Para
pemimpin perlu menyadari, kita adalah makhluk sosial sehingga kontak dan
koneksi dengan orang lain tidak hanya diperlukan untuk kepentingan
organisasi, tetapi juga mengisi nilai hidup pada karyawan.
Menjaga ekuilibrium mental
Beberapa
psikolog melakukan riset tentang apa yang harus kita lakukan menghadapi
masa Covid-19 yang berkepanjangan ini. Ada beberapa hal yang cukup
bermanfaat bila dilakukan dengan baik.
Jaga jarak yang sehat dari
berita-berita. Manusia memang makhluk Tuhan yang paling canggih. Namun,
itu bukan berarti manusia selalu rasional. Kita sangat terpengaruh oleh
emosi. Kita sering mengikuti pendapat orang secara intuitif saja.
Terkadang kita sulit membedakan antara fakta yang nyata dengan asumsi.
Penelitian di Polandia membuktikan, tingkat kecemasan individu
berkorelasi langsung dengan seberapa banyak ia mengonsumsi berita
tentang bahaya. Tetapi bukan berarti kita harus menutup mata dan telinga
mengenai fakta yang ada, namun kita perlu mengaktifkan saringan
rasional sehingga sinyal-sinyal yang menumbuhkan kewaspadaan bisa
ditakar dengan benar.
Challenge mindset. Beberapa psikolog menyebutnya sebagai mindset yang
relevan dalam menghadapi Covid-19. Kita perlu selalu menantang diri
untuk mampu menghadapi kesulitan, keterkungkungan dan keterbatasan kita.
Bila perlu kita membuat tantangan baru yang bisa dilakukan dalam
keadaan pandemik ini.
Tentukan strategi coping yang cocok. Setiap individu memiliki cara coping yang
berbeda-beda terhadap stres. Ada yang menenangkan diri, bermeditasi,
berefleksi, tetapi sebaliknya ada yang lebih suka aktif berolah raga.
Beberapa ide coping yang didaftarkan oleh American Psychologist, antara lain:
Active coping: individu secara aktif mencari mentor, atau bahkan psikolog untuk mendengarkan keluh kesahnya dan mencari jalan keluar
Positive reframing:
individu mencari sisi positif dari suatu kondisi yang terlihat negatif.
Bisa dengan mengganti penamaan dari situasi yang dihadapi atau
menggunakan magic words sebagai ganti dari kata-kata yang mematikan mental.
Agama:
mereka yang mempelajari kajian agamanya lebih mendalam dan membangun
hubungan yang lebih dekat dengan penciptanya bisa merasa lebih tenang
karena bersandar pada Yang Ilahi.
“Legowo”: mengizinkan diri sendiri untuk mengalah pada keadaan, apalagi terhadap hal-hal yang tidak bisa kita kontrol atau ubah.
Sampai
vaksin tersebar merata, cara disrupsi yang paling benar adalah
bertahan. Kita perlu terus berdisiplin dan memelihara mental agar tidak
dirongrong oleh rasa cemas yang tidak produktif. The pandemic may not be going anywhere, but neither are you.
sumber: Oleh: Eileen Rachman & Emilia Jakob
EXPERD | HR Consultant/ Konsultan SDM
Diterbitkan di harian Kompas karier 23 Januari 2021
#experd #expert #experdconsultant #hr #hrconsultant #kesehatanmental #mentalhealth
Tahun 2021 sudah memasuki bulan kedua bulan berikutnya akan kita lalui..
apakah sudah menentukan target untuk tahun ini.. ?
atau masih merenungi kegagalan dari tahun sebelumnya?
ingat!!
Teruslah Bergerak, Kosnisten, dan Disiplin !!
lalu
*"Kakulah terhadap target,*
*tapi..fleksibellah terhadap cara"*
*Sukses Bersama Bebasbayar*,
>> *BISNIS Fleksibel* dapatkan Bonus tunai dan Passive Income dengan banyak peluang ratusan ribu/hari,hingga jutaan/bulan!
>> *Transaksi Aman & Nyaman* di Awasi langsung oleh OJK, dan terbebas dari covid-19 karena berbasis Digital dan bebas Kerumunan
>> *Support konsultasi penuh* dengan TIM Marketing Bebasbayar Langsung
Wadah dimana kamu akan berkumpul bersama orang-orang dgn motivasi yang sama untuk terus berdikari, serta konsisten dengan Tujuan mereka.
Prinsip sukses adalah
*KEJAR, KEJAR, KERJA!!!*